Soal Fashion Joko Anwar Mengaku Tak Suka Belanja Impulsif

Fashion's

Soal Fashion Joko Anwar Mengaku Tak Suka Belanja Impulsif

Sutradara kenamaan Indonesia, Joko Anwar, dikenal publik luas berkat karya-karya filmnya yang kuat, visioner

dan kerap mencuri perhatian di festival internasional. Namun di balik layar dan panggung sinema

ada sisi personal yang menarik dari pria kelahiran Medan ini — terutama dalam hal fashion dan gaya hidup.

Soal Fashion Joko Anwar Mengaku Tak Suka Belanja Impulsif
Soal Fashion Joko Anwar Mengaku Tak Suka Belanja Impulsif

Dalam sejumlah wawancara terbaru dan interaksi dengan media, Joko Anwar mengaku dirinya bukan sosok yang terlalu memikirkan tren fashion, apalagi melakukan belanja impulsif.

Ia lebih memilih gaya hidup yang fungsional, sederhana, namun tetap merepresentasikan karakter dirinya yang kuat dan tidak dibuat-buat.

Pernyataan ini menuai beragam respons dari publik, sebagian besar justru mengapresiasi kejujurannya dalam menyikapi dunia fashion yang sering kali terkesan glamor dan konsumtif. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang pandangan Joko Anwar soal fashion

gaya pribadinya, dan mengapa perspektif ini patut diperhatikan dalam dunia industri kreatif saat ini.


Fashion Bukan Prioritas, Tapi Identitas

Joko Anwar tidak menampik bahwa fashion adalah bagian dari ekspresi diri  Namun baginya, fashion bukan tentang mengejar tren atau membuktikan status sosial. Dalam sebuah diskusi dengan media lifestyle, ia menyatakan bahwa:

Saya bukan tipe orang yang suka belanja karena diskon atau tren. Kalau saya butuh, baru saya beli.

Kalau tidak, ya saya pakai yang ada sampai rusak.”

Pandangan ini merepresentasikan pendekatan minimalis dan sadar fungsi dalam berpakaian.

Menurutnya, fashion seharusnya mencerminkan siapa diri seseorang secara jujur, bukan sekadar simbol status atau pencitraan.


Gaya Berpakaian: Monokrom, Fungsional, dan Konsisten

Jika melihat penampilan Joko Anwar di berbagai acara, baik pemutaran film, konferensi pers, maupun media sosial pribadinya, ada satu kesamaan mencolok: dominan warna gelap, simpel, dan nyaris selalu monokrom. Ia kerap terlihat mengenakan kaus hitam polos, jaket bomber, jeans, atau sneakers tanpa motif mencolok.

Gaya ini bukan tanpa alasan. Ia mengungkap bahwa warna gelap membuatnya merasa netral dan tidak mencolok. Selain itu, ia menghindari penggunaan pakaian bermerek mencolok sebagai bentuk resistensi terhadap budaya konsumerisme.

“Saya tidak mau hidup saya dikendalikan oleh merek. Saya mau beli sesuatu karena saya butuh dan suka, bukan karena logonya besar atau dipakai banyak orang,” tuturnya dalam wawancara.


Belanja Impulsif adalah Hal yang Ia Hindari

Fenomena belanja impulsif memang menjadi bagian dari budaya masyarakat modern yang sangat dipengaruhi media sosial dan tren cepat

Namun bagi Joko Anwar, belanja tanpa perencanaan justru membuang waktu dan energi yang bisa digunakan untuk hal-hal lebih bermakna.

Sebagai orang yang bekerja di industri kreatif, ia menyadari pentingnya efisiensi dan fokus. Menurutnya, terlalu sering tergoda untuk belanja, apalagi demi “kelihatan keren”, hanya akan mengalihkan perhatian dari hal-hal yang benar-benar penting, seperti proses penciptaan karya.


Membeli karena Perlu, Bukan Karena Tren

Ada filosofi hidup sederhana yang tampaknya dipegang teguh oleh Joko Anwar: “Belanja karena butuh, bukan karena ingin.” Hal ini bukan hanya berlaku untuk fashion, tetapi juga barang-barang lain dalam kehidupan sehari-harinya.

Misalnya, ia mengaku tidak terlalu mementingkan model terbaru dari gadget atau aksesori. Ia akan tetap menggunakan barang tersebut selama masih berfungsi dengan baik. Jika rusak, baru diganti.

Sikap ini bertolak belakang dengan gaya hidup “upgrade terus-menerus” yang marak di era sekarang, di mana banyak orang merasa harus selalu tampil baru dan berbeda setiap saat.


Fashion dan Keberlanjutan (Sustainability)

Meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan istilah fashion berkelanjutan (sustainable fashion), pendekatan Joko Anwar dalam memilih pakaian sebenarnya sangat dekat dengan konsep tersebut. Ia lebih memilih pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, dibanding membeli banyak pakaian murah yang cepat rusak.

Selain mengurangi sampah tekstil, sikap ini juga mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Dalam era fast fashion saat ini, langkah Joko Anwar bisa menjadi contoh nyata bagaimana seseorang bisa tetap tampil nyaman tanpa harus terjebak dalam budaya konsumsi berlebihan.


Inspirasi untuk Generasi Muda

Bagi generasi muda, terutama yang hidup dalam tekanan budaya visual seperti media sosial dan tuntutan tampil sempurna, sikap Joko Anwar ini bisa menjadi inspirasi. Bahwa nilai diri seseorang tidak ditentukan dari baju apa yang mereka pakai atau merek sepatu yang mereka kenakan.

Sebaliknya, nilai sejati muncul dari karakter, karya, dan cara berpikir, bukan dari barang-barang yang dibeli secara impulsif. Joko Anwar sendiri adalah contoh nyata bagaimana seseorang bisa tetap relevan, berpengaruh, dan disegani tanpa harus tampil berlebihan.


Gaya Hidup dan Pencitraan di Industri Film

Industri hiburan sering kali menampilkan citra yang glamor dan berkilau. Aktor, sutradara, atau publik figur dituntut untuk selalu tampil sempurna di depan kamera. Namun Joko Anwar membuktikan bahwa kesederhanaan bisa menjadi ciri khas yang kuat.

Alih-alih menyesuaikan diri dengan tuntutan industri untuk tampil stylish atau branded, ia memilih untuk tampil sesuai jati dirinya. Sikap ini justru menciptakan persona yang lebih otentik dan dapat diterima publik secara luas.

Baca juga:Ariel Tatum Akui Andalkan Klinik Kecantikan untuk Menjaga Kesehatan Kulit


Kesimpulan

Joko Anwar mungkin tidak dikenal sebagai ikon fashion. Namun justru karena ketidaktertarikannya terhadap belanja

impulsif dan gaya hidup konsumtif, ia memberikan pelajaran penting

bahwa menjadi diri sendiri jauh lebih penting daripada sekadar mengikuti tren.

Di tengah masyarakat yang semakin terobsesi dengan penampilan, apa yang dikenakan Joko Anwar adalah simbol resistensi terhadap norma palsu dan tekanan sosial yang membebani.

Ia membuktikan bahwa kreativitas integritas, dan konsistensi adalah kunci utama untuk dihargai di industri apa pun — termasuk film.

Dengan pendekatan fungsional, sadar akan kebutuhan, dan penolakan terhadap belanja impulsif

Joko Anwar mengajarkan kita bahwa gaya bukan hanya tentang tampilan luar, melainkan tentang bagaimana kita menghidupi nilai-nilai yang kita yakini dalam keseharian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *