Perjalanan Menuju Kesadaran Ekologis: Komitmen Slow Fashion Chynthia Suci Lestari

Fashion's

Perjalanan Menuju Kesadaran Ekologis: Komitmen Slow Fashion Chynthia Suci Lestari

Di tengah gempuran tren mode yang terus berubah cepat dan sistem produksi massal yang mendominasi industri fashion global, muncul gerakan tandingan yang disebut slow fashion. Salah satu figur yang tampil menonjol dalam gerakan ini di Indonesia adalah Chynthia Suci Lestari, seorang aktivis lingkungan, desainer, sekaligus pegiat mode berkelanjutan yang membawa nilai-nilai kesadaran ekologis dalam setiap karyanya.

Perjalanan Chynthia bukanlah sesuatu yang instan. Ia melewati krisis pribadi, keraguan, hingga kesadaran mendalam akan dampak industri mode terhadap lingkungan. Dari titik itulah ia mulai menggagas perubahan, baik dalam gaya hidup pribadi maupun cara ia memaknai fesyen.

Perjalanan Menuju Kesadaran Ekologis: Komitmen Slow Fashion Chynthia Suci Lestari
Perjalanan Menuju Kesadaran Ekologis: Komitmen Slow Fashion Chynthia Suci Lestari

Perjalanan Menuju Kesadaran Ekologis: Komitmen Slow Fashion Chynthia Suci Lestari

Sejak muda, Chynthia sudah tertarik pada dunia fashion. Ia memulai kariernya sebagai stylist freelance dan sempat bergabung dengan beberapa label mode lokal. Kala itu, tren menjadi tolak ukur utama dalam setiap desain dan koleksi yang ia bantu wujudkan.

Namun, ia mulai mempertanyakan makna dari setiap pakaian yang diproduksi secara massal. Apakah pakaian yang dibuat semata-mata untuk estetika, ataukah bisa memiliki nilai lebih? Pertanyaan inilah yang kelak mengubah arah hidupnya.


Krisis Kesadaran: Menyadari Dampak Industri Fashion

Puncak kesadarannya muncul setelah membaca laporan riset lingkungan yang menyebut industri fashion sebagai salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Produksi tekstil, pewarnaan kimia, hingga limbah pakaian yang tak terpakai menjadi perhatian serius. Fakta bahwa satu potong baju bisa membutuhkan ribuan liter air dan berdampak pada pencemaran tanah dan sungai mengguncang pikirannya.

Tak hanya itu, ia juga menyadari bahwa kebiasaan konsumtif masyarakat, termasuk dirinya dulu, memperburuk kondisi ini. Membeli pakaian hanya karena diskon atau tren musiman ternyata menyumbang pada penumpukan limbah dan ketidakadilan rantai pasok.


Bertransformasi ke Slow Fashion

Setelah melewati perenungan panjang, Chynthia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan fashion mainstream dan memulai sesuatu yang baru: membangun brand fesyen berkelanjutan yang memegang prinsip slow fashion.

Slow fashion adalah pendekatan fesyen yang mengedepankan:

  • Produksi terbatas dan tidak berlebihan

  • Kualitas bahan dan proses yang tahan lama

  • Etika kerja bagi para pengrajin dan penjahit

  • Transparansi rantai pasok

  • Penggunaan bahan alami atau daur ulang

Melalui labelnya yang kini dikenal sebagai TARIK LESTARI, Chynthia memperkenalkan koleksi-koleksi yang tidak hanya cantik, tapi juga memiliki cerita dan makna.


Karya yang Berdaya dan Penuh Cerita

Setiap busana yang dirancang oleh Chynthia memiliki konsep mendalam. Ia kerap menggandeng pengrajin lokal dari daerah seperti Garut, Yogyakarta, hingga Flores untuk mengangkat kain tradisional seperti tenun ikat dan batik alam.

Bahkan dalam proses pewarnaan, ia menghindari pewarna sintetis dan memilih pewarna alami dari daun indigo, kulit kayu, dan bunga-bunga lokal. Prosesnya memakan waktu lebih lama, namun memberikan hasil unik dan ramah lingkungan.

Tak jarang ia mendaur ulang sisa kain dari produksi lama atau koleksi bekas pelanggan untuk dijadikan tas, aksesori, atau outer baru. Konsep reuse and recreate ini menjadi prinsip utama dalam koleksi upcycle-nya.


Tantangan di Tengah Industri yang Masih Konsumtif

Chynthia mengakui bahwa memperkenalkan slow fashion di tengah budaya konsumsi cepat bukanlah hal mudah. Ia sempat mendapat cibiran karena produknya dianggap mahal, padahal harga tersebut merefleksikan nilai kerja manusia, kualitas bahan, dan proses ramah lingkungan.

Namun perlahan, edukasi dan pendekatannya yang konsisten mulai membuka mata publik. Ia aktif menyuarakan pentingnya fashion awareness melalui media sosial, workshop, hingga talkshow di universitas dan komunitas.

Baca juga:Pernah Alami Kulit Belang, Ariel Tatum Ceritakan Cara Mengembalikan Warna Kulitnya


Edukasi dan Komunitas: Membangun Gerakan Bersama

Tak puas hanya di lini produksi, Chynthia juga aktif membentuk komunitas Pecinta Bumi Lewat Fashion yang mengajak publik untuk:

  • Mengenal dampak industri fashion terhadap lingkungan

  • Belajar merawat dan memperpanjang umur pakaian

  • Menggunakan kembali pakaian lama secara kreatif

  • Membuat pilihan belanja yang sadar dan etis

Ia kerap mengadakan kelas menjahit dasar, workshop pewarnaan alami, serta program barter pakaian. Inisiatif ini mendapat sambutan hangat dari generasi muda, terutama mereka yang ingin hidup lebih minimalis dan sadar lingkungan.


Penghargaan dan Pencapaian

Komitmen Chynthia terhadap slow fashion dan lingkungan tidak luput dari perhatian publik. Ia pernah menerima penghargaan Eco Woman Award 2023 dari salah satu organisasi lingkungan internasional, serta diundang menjadi pembicara dalam forum Green Fashion ASEAN.

Karyanya bahkan pernah ditampilkan dalam ajang Jakarta Fashion Week, bukan sebagai ajang komersial, tetapi sebagai edukasi publik mengenai pentingnya memperlambat laju konsumsi dan mengembalikan makna pada setiap helai pakaian.


Perjalanan yang Masih Panjang

Meski telah mendapat banyak pencapaian, Chynthia menyadari bahwa perjuangan belum selesai. Industri mode yang sangat besar masih didominasi oleh brand fast fashion raksasa, yang sulit ditandingi dalam hal harga dan skala produksi.

Namun ia percaya bahwa kesadaran publik adalah kunci. Semakin banyak orang yang memahami dampak mode terhadap bumi, maka akan semakin banyak pula yang memilih bijak dalam berbusana.


Pesan Chynthia untuk Generasi Muda

Dalam banyak kesempatan, Chynthia sering menyampaikan pesan sederhana namun bermakna:

“Kita tidak harus membeli pakaian baru setiap bulan untuk tampil keren. Jadikan gaya pribadi sebagai bentuk tanggung jawab. Fashion bisa menjadi alat perubahan, bukan sekadar simbol status.”


Penutup: Menjadikan Busana Sebagai Aksi Nyata

Perjalanan Chynthia Suci Lestari dari pencinta fashion biasa hingga menjadi ikon slow fashion adalah bukti bahwa perubahan dimulai dari kesadaran. Dari krisis pribadi ia menemukan makna baru, dan kini menginspirasi banyak orang untuk memandang pakaian bukan hanya sebagai benda, melainkan sebagai representasi nilai dan tanggung jawab.

Di dunia yang semakin sadar akan keberlanjutan, cerita Chynthia menjadi refleksi bahwa kita semua bisa memulai dari langkah kecil: memilih dengan bijak, merawat dengan cinta, dan mengenakan dengan kesadaran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *