Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen

Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen

Fashion's

Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen

Industri fashion global saat ini berada di bawah sorotan tajam karena kontribusinya terhadap krisis iklim, salah satunya melalui penggunaan serat plastik.

Bahan sintetis seperti poliester, nilon, dan akrilik kini menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca dari sektor fashion, dengan angka mencapai 7,5 persen dari total emisi global industri ini.

Masalah ini semakin diperparah oleh sistem produksi fast fashion yang mendorong konsumsi tekstil secara berlebihan.

Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen

Poliester, serat sintetis yang berasal dari minyak bumi, kini menguasai sekitar 54 persen dari total produksi tekstil dunia.

Keunggulannya dalam hal biaya murah dan daya tahan tinggi membuat bahan ini banyak dipilih oleh produsen pakaian.

Namun, dampaknya terhadap lingkungan sangat besar. Produksi poliester membutuhkan energi dalam jumlah besar dan menghasilkan emisi karbon yang signifikan.

Menurut laporan dari Changing Markets Foundation, satu kaos poliester dapat menghasilkan emisi karbon dua kali lebih besar dibandingkan dengan kaos berbahan katun.

Selain itu, poliester juga tidak dapat terurai secara alami, sehingga berkontribusi pada pencemaran mikroplastik di lautan dan tanah.

Fast Fashion dan Limbah Tekstil

Tren fast fashion yang berkembang pesat turut memperburuk situasi. Perusahaan-perusahaan besar dalam industri ini kerap

memproduksi pakaian dalam jumlah besar dengan siklus yang sangat cepat, mendorong konsumen untuk terus membeli dan membuang pakaian.

Akibatnya, lebih dari 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan setiap tahun, dan sebagian besar mengandung serat plastik.

Pakaian berbahan sintetis yang dibuang ke tempat pembuangan akhir akan bertahan selama ratusan tahun sebelum terurai

sekaligus terus melepaskan mikroplastik ke lingkungan sekitarnya. Tak hanya itu, proses pencucian pakaian berbahan plastik juga

melepaskan jutaan serat mikro ke saluran air, yang akhirnya mencemari sungai, laut, dan makhluk hidup air.

Emisi dari Hulu hingga Hilir Produksi

Emisi yang ditimbulkan oleh industri fashion tidak hanya berasal dari proses manufaktur. Rantai pasokan yang panjang, mulai dari ekstraksi

bahan baku minyak bumi, pengolahan serat, pewarnaan kain, hingga distribusi produk ke

berbagai belahan dunia, semuanya memerlukan energi tinggi dan menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah besar.

Data dari McKinsey menyebutkan bahwa sektor fashion bisa menghasilkan hingga 2,1 miliar ton CO2

ekuivalen per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen berasal dari hulu industri, termasuk bahan baku dan proses manufaktur, yang sebagian besar berkaitan erat dengan penggunaan serat plastik.

Upaya Pengurangan Emisi dan Alternatif Ramah Lingkungan

Sebagai respons atas tekanan dari publik dan kelompok lingkungan, beberapa perusahaan fashion mulai beralih ke bahan yang lebih

ramah lingkungan seperti katun organik, serat bambu, atau tekstil daur ulang. Namun, penggunaan serat plastik masih mendominasi karena efisiensi biaya dan ketersediaan bahan.

Upaya lain yang dilakukan adalah peningkatan teknologi daur ulang poliester atau PET dari botol plastik, namun proses ini masih

menghadapi tantangan teknis dan biaya. Selain itu, berbagai kampanye global juga digencarkan untuk mendorong konsumen agar lebih sadar dalam memilih dan merawat pakaian, serta mengurangi kebiasaan membeli secara impulsif.

Pentingnya Kebijakan Pemerintah dan Kolaborasi Global

Meningkatnya emisi dari industri fashion akibat serat plastik menuntut intervensi kebijakan dari pemerintah dan kerja sama lintas sektor.

Beberapa negara Eropa telah mulai mempertimbangkan penerapan pajak karbon pada produk tekstil berbahan sintetis atau mewajibkan label emisi karbon pada pakaian.

Selain regulasi, dibutuhkan kolaborasi antara produsen, desainer, peneliti, dan konsumen untuk menciptakan ekosistem fashion yang lebih berkelanjutan.

Edukasi kepada masyarakat terkait dampak serat plastik dan pentingnya memilih produk berkelanjutan menjadi kunci dalam menekan emisi dari sektor ini.

Penutup

Serat plastik menjadi ancaman besar bagi keberlanjutan industri fashion. Kontribusinya terhadap emisi sebesar 7,5 persen menandai urgensi untuk beralih ke sistem produksi dan konsumsi yang lebih ramah lingkungan.

Tanpa perubahan yang nyata, industri fashion bisa menjadi salah satu penggerak utama krisis iklim di masa depan.

Baca juga: BTN Sukses Menggelar Indonesia Fashion Week 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *